Jumat, 30 September 2011

Bekal Kampung Akherat

 

Sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, nikmat yang begitu banyak, dimana sampai sekarang masih kita rasakan. Apabila kita menghitung nikmat tersebut, niscaya kita tidak akan mampu. Allah berfirman,

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. (QS. Ibrahim, 34)

Perlu diketahui juga, bahwa semua nikmat yang telah Allah berikan kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban, tidaklah kita diberi nikmat dan menggunakan nikmat tersebut dengan berfoya-foya, serta bermegah-megahan melainkan untuk ketaatan kepada Allah semata dengan mengerjakan semua perintahNya dan meninggalkan semua laranganNya.

ثُمَّ لَتُسْئَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian, kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takaatsur, 8)

Sabtu, 24 September 2011

Tujuh Unsur Yang Menunjang Belajar



Pada tulisan sebelumnya telah kita jelaskan tentang Kaedah Umum dalam Belajar, pada tulisan kali ini akan kita jelaskan tentang hal-hal yang bisa menunjang belajar. Seorang penuntut ilmu harus memperhatikan unsur-unsur penting yang menunjang proses belajar. Tanpa memperhatikan dan melaksanakan unsur-unsur tersebut, barangkali cita-cita untuk menjadi seorang yang berilmu hanya tinggal angan-angan belaka. Diantara unsur-unsur penting tersebut adalah :
Unsur Pertama : Meluruskan Niat
Seorang penuntut ilmu harus meluruskan niatnya terlebih dahulu, karena dengan niat yang lurus, maka Allah akan memberkati ilmunya dan memudahkannya di dalam proses belajar, sebaliknya seseorang yang salah niat dalam belajar, maka ilmunya tidak akan berkah dan amalannya tidak diterima oleh Allah. Maka, betapa ruginya para penuntut ilmu yang salah niat. Dalam suatu hadist disebutkan :
عن كعب بن مالك رضى الله عنه قال : (( سـمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من طلب العلم ليجارى به العلماء ، أو ليمارى به السفهاء ، أو يصرف به وجوه الناس إليه أدخله الله النار )) رواه أبو داود
“Dari Ka’ab bin Malik bahwasanya dia berkata : Saya telah mendengar Rosulullah salallahu alaihi wa sallam bersabda : ( Barang siapa yang belajar dengan tujuan untuk mendebat para ulama, atau mempermainkan orang-orang bodoh, atau untuk mencari pengikut, niscaya Allah akan memasukkannya kepada api neraka ) ( HR. Abu Daud )

Kaidah Umum Dalam Belajar



Sebelum memulai belajar, seorang penuntut ilmu hendaknya memahami dengan baik- baik kaidah- kaidah yang diletakkan oleh para ulama untuk menjadi bekal para penuntut ilmu.
Kaidah –kaidah kalau dipegang teguh dan dihayati, insya Allah akan banyak membantu para penuntut ilmu di dalam mencapai cita-cita mereka
Diantara kaidah- kaidah tersebut adalah sbb :
Kaidah Pertama :
العلم لا يعطيك بعضه حتى تعطيه كلك
“Ilmu itu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya, sehingga engkau memberikan kepadanya semua yang engkau miliki”.
Artinya, bahwa seorang penuntut ilmu jika berniat untuk mempelajari suatu ilmu, mestinya ia berani dan siap mengorbankan segala yang dimiliknya, dari harta, waktu, tenaga. Kemudian, seandainya dia sudah mengorbankan yang dia miliki tersebut untuk mendapatkan ilmu, maka belum tentu dia mampu meraih semua ilmu yang ada. Dan selama-lamanya dia tidak akan mampu menguasai seluruh ilmu tersebut, kecuali hanya sebagiannya saja.

Jumat, 23 September 2011

Shalat Lima Waktu

Tidak diragukan lagi besarnya pahala yang akan didapatkan orang yang melaksanakan shalat lima waktu, jika telah terpenuhi syarat dan tidak ada lagi penghalang untuk mendapatkan pahala tersebut. Bahkan, tidak hanya pahala shalat yang akan ia dapat, akan tetapi juga pahala wudhu yang merupakan salah satu syarat sahnya shalat dan juga pahala langkah kakinya menuju masjid, keduanya pasti dilakukan sebelum ia melaksanakan shalat.


Ini semua sepantasnya kita ketahui agar jiwa kita ter-motivasi dan hilanglah rasa malas yang menghalangi seseorang mendapatkan ganjaran yang demikian besarnya. Karena, syaithan senantiasa membuat manusia malas mengerjakan atau menyempurnakan shalat lima waktu dengan berbagai cara.


Beberapa Keutamaan Wudhu dan Berjalan ke Masjid

Diantara keutamaan wudhu adalah dihapuskannya dosa-dosa yang dilakukan oleh anggota badan kita. Hal ini sebagaimana diterangkan beberapa hadits beriktut:

Etika menjenguk orang sakit


Salah satu hak sesama muslim yang mulai ditinggalkan sunnahnya, adalah etika menjenguk orang sakit. Banyak diantara kita yang melaksanakan rutinitas ini hanya karena kepentingan dunia, atau hanya sekedar melakukan adat kebiasaan yang kosong dari etika menjenguk orang sakit sesuai contoh dari Nabi e. Maka pada kesempatan kali ini kami kedepankan tema ‘Etika Menjenguk Orang Sakit’, dalam rangka nasehat sesama muslim, yang mana kami banyak mengambil faedah dari buku berjudul ‘Adab Iyadatul Maridh’ oleh Fuad Abdul Aziz Asy Syalhub, edisi Indonesia: ‘Etika Menjenguk Orang Sakit’ yang diterbitkan oleh Laraiba Bima Amanta, Surabaya. Semoga jasa-jasa mereka dibalas kebaikan yang besar oleh Allah Ta'ala, amien
Perintah Menjenguk Orang Sakit
Imam Muslim meriwayatkan sebuah Hadits dari jalan Abu Hurairah t,  bahwa Rasulullah e bersabda,
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ . قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَشَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam, kemudian Rasulullah e ditanya , apakah itu wahai Rasulullah? Beliau t menjawab, “Jika engkau berpapasan dengannya, maka ucapkanlah salam kepadanya. Jika ia mengundangmu, maka penuhilah (undangannya). jika ia minta nasehat kepada engkau maka nasehatilah ia. Jika ia bersin, kemudian memuji Allah, maka doakan ia dengan ‘yarhamukallah’, jika ia sakit, maka jenguklah ia dan jika ia meninggal, maka iringilah (jenazahnya).” [HR. Muslim (5778)]

Selasa, 13 September 2011

Silaturrahmi

Islam adalah agama yang indah dan paripurna yang mengajarkan seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengajarkan adab dan akhlak yang tinggi, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, menjaga keharmonisan hubungan keluarga dan menghilangkan hal-hal yang dapat merusak hubungan persaudaraan.

Islam sangat menganjurkan silaturrahim. Bahkan, silaturrahmi merupakan inti dari ajaran Islam,  sebagaimana diriwayatkan dari Abu Umamah t, dia berkata, “Amr bin ‘Abasah As-Sulami berkata, Aku berkata, ‘Dengan apa Allah mengutusmu?’ Rasulullah e menjawab, ‘Allah mengutusku dengan silaturrahim, menghancurkan berhala dan agar Allah ditauhidkan, tidak disekutukan dengan-Nya sesuatupun.’.” [HR.Muslim (1927)]

Oleh karena itu, pada edisi kali ini Penulis akan sedikit membahas tentang silaturrahm, agar dapat menumbuhkan rasa semangat untuk ber-silaturrahim dan agar silaturrahim yang kita lakukan sesuai dengan ajaran Islam.

Makna Silaturrohmi
Silaturahim berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata (صِلَةٌ) dan (الرَّحِمُ). Kata (صِلَةٌ) adalah bentuk mashdar dari kata (وَصَلَ - يَصِلُ), yang berarti ‘sampai, menyambung’. Ar-Raghib Al-Asfahani berkata (وَصَلَالْاِتِّصَالُ) yaitu menyatunya beberapa hal, sebagian dengan yang lain.” [Al-Mufradat fie Gharibil Qur-an, hal. 525]

Adapun kata (الرَّحِمُ), Ibnu Manzhur rahimahullah berkata, (الرَّحِمُ) adalah hubungan kekerabatan, yang asalnya adalah tempat tumbuhnya janin di dalam perut.” [Lisanul ‘Arab]

Jadi, silaturahim artinya adalah ‘menyambung tali persaudaraan kepada kerabat yang memiliki hubungan nasab’.